Rabu, 30 Juni 2010

Aku Kamu dan Dia

Lagi-lagi aku terbangun di kegelapan malam. Sepertinya hal ini sudah menjadi rutinitasku sehari-hari. Ya sejak aku kehilangan dia semuanya menjadi berbeda! Dia yang telah menemaniku selama 3 tahun ini hilang begitu saja.

Pagi menyongsong, mentari juga bersinar cerah namun sepertinya keadaan alam tak sejalan dengan suasana hatiku. Hari ini Rahman berjanji untuk datang ke rumahku, aku sudah tau kenapa ia datang ke rumahku hari ini.

Begitu ia datang aku langsung masuk ke mobilnya. Ia langsung mencurahkan semua isi hatinya, ya apalagi kalau bukan tentang kekasihnya, Fitri. Fitri yang cuek, Fitri yang tak pernah peduli kepadanya, Fitri yang tidak mengerti dirinya. Aku mendengarkan dengan seksama dan memberi saran sebisaku. Kadang aku tak mengerti kenapa kamu tetap bertahan bersama Fitri kalau itu hanya membuatmu sakit?

Sebenarnya Rahman adalah mantan kekasihku, dialah yang membuat hidupku berantakan akhir-akhir ini. Namun semuanya salahku juga, aku menjalin hubungan dengan Putra dan meninggalkannya. Ketika aku sadar bahwa aku salah langkah, semuanya sudah terlambat.

Hari-hariku dipenuhi dengan cerita Rahman dengan Fitri, aku lelah dan aku sakit karena ceritanya. Namun cinta menahanku tetap disana menemaninya. Aku berusaha untuk selalu tersenyum mendengar setiap ceritanya. Walau rasanya ingin aku teriak "Hei disini ada aku yang selalu ada untukmu!!".

Hari ini aku menemani Rahman ke sebuah mall, namun anehnya hari ini tak ada nama Fitri terucap. Begitu tiba di parkiran, Rahman menahan langkahku.
"Ar, aku mau ngomong." Ucapnya
"Ada apa?" Tanyaku
Lalu dia diam dan hanya memandang wajahku, tanpa ku duga ia menggenggam tanganku.
"Aku sayang kamu Ar, aku sadar cuma kamu yang bisa mengerti aku. Kamu mau menungguku dan memberiku kesempatan?"
Aku terpaku dengan kata-kata Rahman. Aku bersorak kegirangan karena ternyata selama ini perasaanku terbalas, namun serendah itukah aku sehingga merelakan diriku menjadi pihak ke 3 dalam suatu hubungan?

Namun ternyata rasa egoku menang. Aku menyetujuinya dan ya jadilah aku pihak ke 3 dari hubungan Rahman dan Fitri. Namun ternyata hal ini tidak berlangsung lama, ya memang suatu hal yang salah maka akan berakhir dengan cepat. Rahman memutuskan ingin mencoba setia dan menerima seperti apapun Fitri. Apakah aku marah? Tidak aku hanya tersenyum dan mendukungnya walau hatiku mati rasa dibuatnya.

Aku sempat menjauh dari Rahman, aku ingin sembuh dan mulai bosan dengan keadaan ini. Berulang kali Rahman menghubungiku namun aku selalu menghindar.

Hari itu Rahman datang ke sekolahku tanpa memberitahuku sebelumnya. Ia mengajakku pergi dan dia memintaku kembali. Namun saat itu ia masih bersama Fitri, Ia memintaku bersabar dan ya lagi-lagi rasa egoku menang.

Hari-hariku sebagai orang ke tiga tidaklah mudah. Setiap aku pergi bersama Rahman harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi, aku harus menahan cemburu setiap membaca smsnya dan yang paling aku benci adalah statusnya saat itu!

Aku mulai mendesak Rahman untuk memberiku batas waktu, karena aku tidak bisa untuk terus menunggu seperti ini! Aku lelah bosan dan merasa hina menjadi pihak ke tiga! Namun Rahman tak juga bisa memberiku kejelasan.

Suatu hari bunda memanggilku dan bertanya tentang hubunganku dengan Rahman. Ternyata bunda tahu dan merasa terhina putrinya rela menjadi pihak ke tiga. Bunda melarangku untuk berhubungan lagi dengannya, namun aku tak kuasa.

Ku ceritakan apa yang ku alami, Rahman diam seribu bahasa namun ia berjanji untuk secepatnya memilih. Aku sedikit takut dengan keputusannya nanti. Akankah aku yang dipilihnya? Atau lagi-lagi aku yang akan terbuang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar